Blog Shift Gerakan Dukung Ny.Siami , Si Jujur yang disalahkan Friday, June 10, 2011 Hmm apa jadinya negri kita ini, bertindak jujur malah disalahkan. Pantes aja korupsi merajalela, masih SD di suruh nyontek, gimana ntar gede... 5

Gerakan Dukung Ny.Siami , Si Jujur yang disalahkan

Respons: 0 komentar

Hmm apa jadinya negri kita ini, bertindak jujur malah disalahkan. Pantes aja korupsi merajalela, masih SD di suruh nyontek, gimana ntar gedenya. Jika dibiarkan seperti ini, akan semakin banyak orang yang merasa terancam saat dia ingin mengungkapkan kebenaran.

Ayo dukung Ny. Siami melalui page facebook Gerakan Dukung Ny. Siami memperjuangkan Kejujuran
Diusir Warga karena Lapor Contek Massal
Ny Siami, Si Jujur yang Malah Ajur

SURABAYA | SURYA - Ny Siami tak pernah membayangkan niat tulus mengajarkan kejujuran kepada anaknya malah menuai petaka. Warga Jl Gadel Sari Barat, Kecamatan Tandes, Surabaya itu diusir ratusan warga setelah ia melaporkan guru SDN Gadel 2 yang memaksa anaknya, Al, memberikan contekan kepada teman-temannya saat Unas pada 10-12 Mei 2011 lalu. Bertindak jujur malah ajur!
Teriakan “Usir, usir…tak punya hati nurani” terus menggema di Balai RW 02 Kelurahan Gadel, Kecamatan Tandes, Surabaya, Kamis (9/6) siang. Ratusan orang menuntut Ny Siami meninggalkan kampung. Sementara wanita berkerudung biru di depan kerumunan warga itu hanya bisa menangis pilu. Suara permintaan maaf Siami yang diucapkan dengan bantuan pengeras suara nyaris tak terdengar di tengah gemuruh suara massa yang melontarkan hujatan dan caci maki.
Keluarga Siami dituding telah mencemarkan nama baik sekolah dan kampung. Setidaknya empat kali, warga menggelar aksi unjuk rasa, menghujat tindakan Siami. Puncaknya terjadi pada Kamis siang kemarin. Lebih dari 100 warga Kampung Gadel Sari dan wali murid SDN Gadel 2 meminta keluarga penjahit itu enyah dari kampungnya.
Padahal, agenda pertemuan tersebut sebenarnya mediasi antara warga dan wali murid dengan Siami. Namun, rembukan yang difasilitasi Muspika (Musyarah Pimpinan Kecamatan Tandes) itu malah berbuah pengusiran. Mediasi itu sendiri digelar untuk menuruti tuntutan warga agar keluarga Siami minta maaf di hadapan warga dan wali murid.
Siami dituding sok pahlawan setelah melaporkan wali kelas anaknya, yang diduga merancang kerjasama contek-mencontek dengan menggunakan anaknya sebagai sumber contekan.
Sebelumnya, Siami mengatakan, dirinya baru mengetahui kasus itu pada 16 Mei lalu atau empat hari setelah Unas selesai. Itu pun karena diberi tahu wali murid lainnya, yang mendapat informasi dari anak-anak mereka bahwa Al, anaknya, diplot memberikan contekan. Al sendiri sebelumnya tidak pernah menceritakan ‘taktik kotor’ itu. Namun, akhirnya sambil menangis, Al, mengaku. Ia bercerita sejak tiga bulan sebelum Unas sudah dipaksa gurunya agar mau memberi contekan kepada seluruh siswa kelas 6. Setelah Al akhirnya mau, oknum guru itu diduga menggelar simulasi tentang bagaimana caranya memberikan contekan.
Siami kemudian menemui kepala sekolah. Dalam pertemuan itu, kepala sekolah hanya menyampaikan permohonan maaf. Ini tidak memuaskan Siami. Dia penasaran, apakah skenario contek-mencontek itu memang didesain pihak sekolah, atau hanya dilakukan secara pribadi oleh guru kelas VI.
Setelah itu, dia mengadu pada Komite Sekolah, namun tidak mendapat respons memuaskan, sehingga akhirnya dia melaporkan masalah ini ke Dinas Pendidikan serta berbicara kepada media, sehingga kasus itu menjadi perhatian publik.
Dan perkembangan selanjutnya, warga dan wali murid malah menyalahkan Siami dan puncaknya adalah aksi pengusiran terhadap Siami pada Kamis kemarin. Situasi panas sebenarnya sudah terasa sehari menjelang pertemuan. Hari Rabu (8/6), warga sudah lebih dulu menggeruduk rumah Siami di Jl Gadel Sari Barat.
Demo itu mendesak Ny Siami meminta maaf secara terbuka. Namun, Siami berjanji menyampaikannya, Kamis.
Pertemuan juga dihadiri Ketua Tim Independen, Prof Daniel M Rosyid, Ketua Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dindik Tandes, Dakah Wahyudi, Komite Sekolah, dan sejumlah anggota DPRD Kota Surabaya. Satu jam menjelang mediasi, sudah banyak massa terkonsentrasi di beberapa gang.
Pukul 09.00 WIB, tampak Ny Siami ditemani kakak dan suaminya, Widodo dan Saki Edi Purnomo mendatangi Balai RW. Mereka berjalan kaki karena jarak rumah dengan balai pertemuan ini sekitar 100 meter. Massa yang sudah menyemut di sekitar balai RW langsung menghujat keluarga Siami.
Mereka langsung mengepung keluarga ini. Beberapa polisi yang sebelumnya memang bersiaga langsung bertindak. Mereka melindungi keluarga ini untuk menuju ruang Balai RW. Warga kian menyemut dan terus memadati balai pertemuan. Ratusan warga terus merangsek. Salah satu ibu nekat menerobos. Namun, karena yang diizinkan masuk adalah perwakilan warga, perempuan ini harus digelandang keluar oleh petugas.
Mediasi diawali dengan mendengarkan pernyataan Kepala UPT Tandes, Dakah Wahyudi. Ia menyatakan bahwa seluruh kelas VI SDN Gadel 2 tidak akan kena sanksi mengulang Unas. Ucapan Dakah sedikit membuat warga tenang. Namun, situasi kembali memanas. Apalagi Ny Siami tidak segera diberi kesempatan menyampaikan permintaan maaf secara langsung.
Kemudian warga diminta kembali mendengarkan paparan yang disampaikan Prof Daniel Rosyid. Ketua tim independen pencari fakta bentukan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini ini berusaha menyejukkan warga dengan menyebut dirinya asli Solo. Dikatakan bahwa Solo, Surabaya adalah juga Indonesia, sehingga setiap warga tidak berhak mengusir warga Indonesia.
Kemudian dia berusaha berdialog santai dengan warga. Ada salah satu warga menyeletuk. “Kalau kita dikatakan menyontek massal. Lantas, kenapa saat menyontek pengawas membiarkannya,” ucap salah satu ibu yang mendapat tepukan meriah warga lain.
Warga juga menyatakan bahwa menyontek sudah terjadi di mana-mana dan wajar dilakukan siswa agar bisa lulus. Mendengar hal ini, Daniel kemudian memperingatkan bahwa perbuatan menyontek adalah budaya buruk. Di masyarakat manapun, perbuatan curang dan tidak jujur ini tidak bisa ditoleransi.
”Menyontek adalah awal dari korupsi. Jika perbuatan curang ini sudah dianggap biasa, maka ini akan membuka perilaku yang lebih menghancurkan masyarakat. Tentu tidak ada yang mau demikian,” sindir Daniel.
Kemudian mediasi dilanjutkan dengan menghadirkan Kepala SDN Gadel 2, Sukatman. Akibat kasus contekan massal di sekolahnya, Sukatman dan dua guru kelas VI dicopot. Sukatman menyampaikan permintaan maaf kepada wali murid.
Namun wali murid menyambut dengan teriakan bahwa Sukatman tidak salah. Yang dianggap salah adalah keluarga Siami karena membesar-besarkan masalah. Warga pun kembali berteriak “usir… usir”. Namun warga mulai tenang karena Sukatman tempak menghampiri Ny Siami dan suaminya. Mantan Kasek ini langsung meraih tangan ibunda Al dan saling meminta maaf. Namun, setelah itu warga kembali riuh rendah.
Setelah Siami diberi kesempatan berbicara, keributan langsung pecah. Suara massa di luar balai RW terus membahana, menghujat keluarga Siami. Padahal saat itu, Siami sedang menyiapkan mental dengan berdiri di hadapan warga.
Meski sudah berusaha tegar, namun ibu dua anak ini mulai lemah. Dia tampak berdiri merunduk sementara kedua matanya sudah mengeluarkan air mata. “Saya minta maaf kepada semua warga…” ucap Siami yang tak sanggup lagi meneruskan kalimatnya.
Namun, sang suami terus membimbing, membuat perempuan ini kembali melanjutkan pernyataan maaf. Namun, suasana kian ricuh karena massa terus berteriak “usir”. Baik petugas polisi dan tokoh masyarakat berusaha menenangkan situasi. Baru kemudian kembali terdengar suara Siami.
Dengan tangan gemetar dan ketegaran yang dipaksakan, Siami kembali berucap, “Saya tidak menyangka permasalahan akan seperti ini. Saya hanya ingin kejujuran ada pada anak saya. Saya sebelumnya sudah berusaha menyelesaikan persoalan dengan baik-baik.”
Pernyataan tulus Siami tidak juga membuat massa tenang, sampai akhirnya polisi memutuskan untuk mengevakuasi Siami dan keluarganya. Siami diarahkan ke mobil polisi dengan pengamanan pagar betis. Namun massa tetap berusaha merangsek, ingin meraih tubuh Siami. Sejumlah warga bahkan sempat menarik-narik kerudung Siami hingga hampir terlepas. Siami akhirnya berhasil diamankan ke Mapolsek Tandes.
Baik Ny Siami dan suaminya enggan memberi komentar usai kericuhan. Namun, kakak kandung Siami, Saki, mengakui bahwa adiknya saat ini dalam tekanan yang luar biasa. “Dia tak tahan lagi dengan tekanan warga. Sampai tidak mau makan hari-hari ini. Nanti kami akan merasa tenang jika di Gresik,” kata Saki. Benjeng, Gresik adalah daerah asal Siami. Saat ini Al, anak Siami yang dipaksa memberi contekan, juga diungsikan ke Benjeng setelah rumahnya beberapa kali didemo warga.
Sementara itu, Ny Leni, perwakilan warga menyatakan bahwa pihaknya masih akan terus menuntut agar tiga guru yang dicopot tetap mengajar di SDN Gadel 2 dan menuntut Siami bertanggung jawab.

lengkapnya: http://www.surya.co.id/2011/06/10/ny...ang-malah-ajur


Kasus Wali Murid Jujur Malah Ajur
Diusir, Ny Siami Akhirnya Kosongkan Rumah

SURABAYA | SURYA - Ny Siami (38) yang diusir ratusan warga setelah melaporkan guru SDN Gadel II yang memaksa anaknya, Al, memberikan contekan kepada teman-temannya saat Unas, 10-12 Mei 2011 lalu, akhirnya menuruti kemauan warga.
Siami telah meninggalkan rumahnya di Jl Gadel Sari Barat lantaran tak tahan dengan tekanan dan gelombang demo warga. Mereka kini mengungsi di Solo. Perempuan yang dikenal pekerja keras itu mengajak suami dan dua anaknya. Solo adalah kota kelahiran suami Siami, Widodo.
“Adik saya tadi malam langsung menghubungi. Dia tidak tahan dengan kondisi yang menimpa keluarganya. Sampai-sampai dia tidak mau makan. Adik saya ingin hidup tenang,” ucap Satim Heri Santoso, kakak kandung Siami, Jumat (10/6). “Setahu saya, Al dan adiknya juga diajak naik bus ke Solo,” tambah Satim.
Dia menuturkan, pascakericuhan saat pertemuan dengan warga di Balai RW 02, Kelurahan Gadel, Siami dan suaminya Widodo tak berani pulang. Siami dan keluarganya diamankan di Mapolsek usai kericuhan. Selama lebih dari dua jam, orang tua Al ini tinggal di kantor polisi. Mereka diminta menunggu kondisi kampungnya aman. Namun hingga pukul 14.00 WIB tetap belum kondusif, sehingga keluarga Al memilih ke Gresik lalu ke Solo. Gresik adalah daerah kelahiran Siami.
Pantauan Surya, rumah Siami bercat krem dengan pagar yang masih baru itu tampak terkunci. Di dalam rumah ini juga tidak tampak kehidupan sama sekali. Menurut Warisah, tetangga yang rumahnya berhadapan dengan Siami, rumah itu tak berpenghuni sejak, Kamis.
Hingga Jumat siang, masih banyak warga yang membicarakan kisah Siami dan Al. Rata-rata mereka tetap menyalahkan keluarga Siami. Menurut warga, menyontek adalah hal biasa untuk anak kecil.
Warisah mengakui, warga sebelumnya sangat simpatik dengan keluarga Siami. Dia dikenal sebagai pekerja keras menjadi penjahit gorden. Sementara suaminya, Widodo, bekerja di kompleks perindustrian Margomulyo.
Keluarga ini baru enam tahun tinggal di Gadel Sari Barat. Mereka membeli sebidang tanah milik warga dan mendirikan rumah berukuran sekitar 8 x 15 meter. Rumah itu tampak mentereng belum genap setahun terakhir. “Keluarga Bu Siami sebenarnya bagus sosialisasinya. Bahkan Pak Widodo dipilih sebagai wakil Ketua RT 04,” kata Warisah kembali.
Camat Tandes, Suharto, menyatakan, pihaknya sudah berusaha meredam emosi warga dengan mengadakan mediasi. Pihak muspika juga sudah melakukan pendekatan personal kepada warga Gadel. Sementara itu, mediasi lanjutan yang rencananya digelar Kamis malam gagal. Warga yang mengusir keluarga Siami rencananya kembali akan menggelar mediasi bersama anggota DPRD Kota Surabaya dan muspika dalam waktu dekat.
Sementara itu, Siami mulai banyak mendapatkan dukungan. Di antaranya, justru datang dari rekan-rekan guru yang tergabung dalam Ikatan Guru Indonesia (IGI), sebuah organisasi profesi guru yang beranggotakan para guru seluruh Indonesia.
Ketua IGI, Satria Dharma menyerukan perlawanan terhadap aksi pengusiran terhadap keluarga Ny Siami dan anaknya Al. “Kita harus melawan kemungkaran dan menegakkan kejujuran. Jangan sampai para wishtle blower (pengungkap skandal) justru menjadi korban amuk massa. Kami mengajak seluruh warga Surabaya membela Al dan keluarganya. Ayo semua warga Surabaya membantu bagi masa depan pendidikan Al,” tegas Satria Dharma dalam rilis kepada Surya, Jumat (10/6).
Sekjen IGI Mohammad Ihsan menambahkan, masyarakat tidak boleh menghakimi Al dan keluarganya. “Mereka ini pahlawan kejujuran. Mereka harus dibela dan bukan diusir,” kata Ihsan.
Ihsan menuturkan, kecurangan Unas terjadi di sejumlah daerah. “Guru dan siswa kita harus berani membuka semua kecurangan. Jadilah pahlawan seperti mereka. Jangan simpan kecurangan Unas,” tegas Ihsan.
Sekretaris Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Jawa Timur Priono Adi Nugroho mengatakan, pihaknya siap mendampingi Al, putra Siami yang dipaksa memberikan contekan. “Kami sudah minta empat staf saya untuk mendampingi Al,” katanya dilansir Antara.
Menurut Priono, umur Al yang masih anak-anak tersebut tidak semestinya menerima kenyataan tersebut, karena jika dibiarkan berlarut-larut akan mengganggu psikologisnya.
Kasat Binmas Polrestabes Surabaya AKBP Sri Setyo Rahayu menyatakan, polisi akan bertindak jika warga masih tetap mengusir keluarga Siami. Menurutnya, tindakan oknum warga itu bisa dikategorikan sebagai perbuatan tidak menyenangkan. “Ini kan negara hukum, jadi jangan bertindak seenaknya hingga mengganggu keamanan dan ketertiban. Polisi bisa bertindak tegas jika dibutuhkan,” ujarnya.
Sosiolog dari Universitas Airlangga (Unair) Surabaya Bagong Suyanto menilai, warga dan pelapor kasus contekan massal di SDN Gadel II, Kecamatan Tandes, Kota Surabaya, sama-sama menjadi korban atas Unas. “Kalau saya lihat, kedua pihak itu menjadi korban fenomena tentang dunia pendidikan yang terjadi belakangan ini, karena keduanya sama-sama mengalami ketakutan yang berlebihan terhadap ujian nasional,” katanya, Jumat (10/6).
Namun, menurutnya, reaksi masyarakat Gadel dalam menyikapi kasus contekan massal SDN Gadel II itu cukup berlebihan karena bisa mengarah pada persoalan kriminal.
Bagong juga mengatakan, kasus ini dapat menjadikan pengalaman traumatik yang akan membekas pada diri Al. “Kasihan itu keluarga pelapor. Pemerintah harus memberikan jaminan keamanan, serta jaminan bersekolah dengan nyaman, kalau tidak itu akan menjadi trauma tersendiri bagi korban,” katanya.
Sementara itu, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengatakan, keluarga Siami dan putranya Al adalah keluarga jujur, tapi masyarakat yang belum siap. Soal pemberian sanksi pemecatan terhadap kepala sekolah dan dua guru kelas VI SDN Gadel 2, memang sudah ada aturannya. “Karena yang bersangkutan melanggar saat ujian nasional, maka ada sanksinya sehingga semua pihak harus menerimanya,” katanya. Disinggung jika masyarakat tidak puas dan mengajukan tuntutan, Risma mempersilakan, sebab keputusan yang diambil tersebut sudah sesuai dengan aturan.
lengkapnya : http://www.surya.co.id/2011/06/11/di...osongkan-rumah

Related Posts On indonesia ,korupsi ,news

No comments:

Post a Comment

No Spam, No Sara

Copyright © Do Fun

Sponsored By: GratisDesigned By: Habib Blog